Menebar Benih Kemandirian, Budidaya Lele Kreatif KKN-T UNMA di Sadapaingan

- 14 Agustus 2025 00:28 49 Dilihat
Sejumlah Mahasiswa KKNT UNMA saat melakukan budidaya ikan lele bersama masyarakat (Potret : Tangkapan Layar/Potret : Tangkapan Layar)
Ciamis, Pustakawarta.com - Dalam upaya menumbuhkan kemandirian desa dan memperkuat ketahanan pangan, mahasiswa KKN-T Universitas Majalengka di Desa Sadapaingan, Panawangan, Ciamis, menghadirkan program sederhana namun bermakna yakni budidaya ikan lele dengan galon bekas dan tambak kecil.
Dengan pendekatan yang membumi dan ramah lingkungan, program ini dirancang untuk dapat dijalankan oleh siapa pun, tanpa harus bergantung pada lahan luas ataupun modal besar.
Melalui sentuhan ilmiah dan semangat pemberdayaan, mahasiswa KKN-T mengajak masyarakat untuk menyelami dunia perikanan air tawar sebagai jalan menuju kemandirian pangan dan ekonomi keluarga.
Budidaya dimulai dari proses pemijahan induk lele jantan dan betina yang dilakukan dalam media air jernih. Karung atau kain flanel digunakan sebagai alas tempat menempelnya ttelur. Proses ini berlangsung selama satu hari, dan dalam waktu yang sama, telur akan mulai menetas menjadi larva.
Larva yang menetas dipelihara dalam media galon atau tambak kecil dengan tinggi air sekitar 30 cm dengan Kebersihan menjadi kunci utama pada fase awal ini, air diganti setiap dua hari untuk media galon, dan dua kali seminggu untuk tambak kecil.
Probiotik seperti probiomax digunakan untuk menjaga kualitas air, max oil ditambahkan guna meningkatkan nilai nutrisi pakan, sementara aquacure berperan dalam pencegahan penyakit.
Menurut Andhika, penanggung jawab program budidaya, pemeliharaan ikan lele dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan perkembangan usia ikan.
“Untuk pakan, kami membaginya menjadi tiga tahap. Usia 0-2 minggu diberikan cacing sutra atau kuning telur rebus yang sudah disaring. Lalu di usia 2 minggu hingga 1,5 bulan kami beri pakan tepung Fengli. Setelah itu, hingga lele siap konsumsi, kami berikan pelet ukuran 1-2 atau bisa juga menggunakan pakan alternatif seperti CCM (Complete Catfish Meal),” jelasnya kepada pustakawarta.
Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya menjaga kualitas lingkungan media budidaya demi mendukung pertumbuhan ikan yang optimal.
“Pengelolaan air juga dilakukan secara berkala. Untuk larva, air dikuras seminggu sekali. Sementara untuk lele yang sudah berukuran 5-7 cm, pengurasan dilakukan setiap dua hari sekali agar kadar oksigen tetap terjaga dan penumpukan amoniak bisa diminimalkan,” tambah Andhika.
Setelah mencapai ukuran benih (5-7 cm), lele dipindahkan ke kolam pembesaran. Di sinilah mereka akan dipelihara selama kurang lebih tiga bulan hingga siap panen.
Fase pembesaran menjadi tahapan penentu kualitas panen dan keberhasilan budidaya secara keseluruhan.
Masih menurut Andhika, sistem pemeliharaan yang digunakan adalah metode konvensional diam, namun dalam praktiknya mahasiswa juga memperkenalkan beberapa sistem alternatif yang lebih modern dan efisien seperti bioflok, RAS (Recirculating Aquaculture System), dan sistem kocor (mengalir) sesuai dengan kemampuan dan potensi masing-masing warga.
“Kami ingin menunjukkan bahwa budidaya ikan lele tidak memerlukan sarana rumit. Cukup dengan media yang mudah ditemukan dan manajemen pemeliharaan yang baik, masyarakat bisa menghasilkan pangan sendiri dan bahkan memperoleh tambahan penghasilan. Kuncinya cukup dengan mengontrol amoniak, menjaga kualitas air, dan memberi pakan bernutrisi,” ujarnya penuh hangat.
Antusiasme masyarakat Desa Sadapaingan menjadi bukti bahwa program ini menyentuh kebutuhan nyata di lapangan.
Tidak hanya memperkenalkan keterampilan baru di bidang perikanan, kegiatan ini juga memperkuat ketahanan pangan lokal dan membuka peluang ekonomi berbasis rumah tangga.
Para mahasiswa KKN-T akan terus melakukan pendampingan intensif dalam berbagai aspek budidaya mulai dari perawatan harian, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, hingga strategi pemasaran hasil panen.
Lebih dari sekadar kegiatan sementara, program ini diharapkan menjadi benih bagi lahirnya desa yang mandiri, tangguh, dan lestari sebuah desa yang mampu menumbuhkan harapan dari galon dan tambak kecil. (*)
Bagikan Berita
Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu